Urgent: Penguasaan Psikologi Perkembangan Jadi Kunci Sukses Guru PAUD di Era Kurikulum Merdeka
Kuningan, 06 November 2025 – Program Studi Pendidikan Guru Anak Usia Dini (PG-PAUD) dihadapkan pada tuntutan fundamental untuk merevolusi kurikulumnya. Tuntutan ini muncul seiring masifnya implementasi Kurikulum Merdeka, yang secara implisit menempatkan psikologi perkembangan anak sebagai fondasi utama pendidikan usia dini.
Isu yang kini menjadi perbincangan hangat di kalangan akademisi dan praktisi adalah pergeseran peran guru PAUD. Mereka tidak lagi cukup hanya sebagai pengajar yang mentransfer pengetahuan dasar, melainkan harus bertransformasi menjadi fasilitator yang ahli dalam memetakan dan menstimulasi perkembangan holistik setiap anak.
Miskonsepsi 'Calistung' dan Kesiapan Sekolah Holistik
Salah satu masalah psikologi pendidikan paling mendasar di PAUD adalah miskonsepsi tentang School Readiness (Kesiapan Sekolah). Banyak orang tua, bahkan beberapa pendidik, masih mengukur kesiapan anak masuk SD hanya dari kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (Calistung).
Menurut Dr. Rina Agustina, seorang Dosen Ahli Psikologi Anak dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), pemahaman ini sangat bertentangan dengan prinsip psikologi perkembangan anak usia emas (0-6 tahun). "Fokus utama pada usia ini adalah pengembangan fungsi eksekutif, yaitu kemampuan berpikir, merencanakan, dan mengendalikan diri. Jika kita memaksakan Calistung secara formal terlalu dini, kita berisiko mematikan motivasi intrinsik dan menekan perkembangan sosial-emosional anak," tegas Dr. Rina.
Kurikulum Merdeka berupaya mengoreksi hal ini dengan menekankan pembelajaran berbasis proyek melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). P5 menuntut guru merancang aktivitas bermain yang kaya makna, di mana proses kolaborasi, pemecahan masalah, dan regulasi emosi menjadi tujuan pembelajaran utama—aspek yang sangat kental dengan kajian psikologi sosial dan emosional.
Tantangan Inti Psikologi Bagi Guru PAUD
Lulusan PG-PAUD saat ini wajib menguasai beberapa kompetensi psikologi praktis yang mendesak:
1. Observasi dan Assessment Perkembangan: Guru harus memiliki kepekaan psikologis untuk melakukan penilaian otentik (authentic assessment) melalui observasi saat anak bermain. Kemampuan ini vital untuk mengidentifikasi dini potensi keterlambatan perkembangan (seperti motorik halus atau bicara) atau kebutuhan spesifik anak.
2. Disiplin Positif dan Regulasi Emosi: Kelas PAUD sering diwarnai tantrum, agresi, atau perilaku menantang. Guru perlu meninggalkan metode hukuman dan beralih ke strategi disiplin positif. Strategi ini, yang berakar pada teori psikologi humanistik dan behavioristik, fokus pada melatih regulasi emosi anak dan membangun komunikasi yang menghargai perasaan mereka.
3. Kemitraan Edukatif dengan Orang Tua: Perkembangan anak adalah produk dari interaksi genetik dan lingkungan. Guru PAUD harus mampu bertindak sebagai konselor dasar bagi orang tua, memberikan edukasi psikologis tentang pola asuh yang responsif dan mendukung, serta memastikan konsistensi lingkungan belajar antara sekolah dan rumah.
Rekomendasi Penguatan Prodi PG-PAUD
Untuk menghasilkan pendidik yang cakap, program studi PG-PAUD didorong untuk memperkuat kurikulumnya:
• Peningkatan Bobot SKS Praktikum Lapangan: Memberikan pengalaman nyata dalam observasi perkembangan anak di berbagai latar belakang sosial-ekonomi.
• Mata Kuliah Khusus Parenting Education: Membekali calon guru dengan strategi komunikasi dan counselling dasar untuk berkolaborasi efektif dengan keluarga.
• Integrasi Teknologi Edukatif: Mengajarkan penggunaan platform atau aplikasi yang mendukung perencanaan, dokumentasi, dan pelaporan perkembangan anak, namun tetap kritis terhadap penggunaan screen time berlebihan.
Dengan menguasai psikologi perkembangan secara mendalam, lulusan PG-PAUD akan menjadi agen kunci dalam membentuk karakter dasar dan kesiapan mental generasi penerus bangsa, menjadikan pendidikan usia dini sebagai investasi strategis yang berkelanjutan.
Oleh: Mutia Salsabilla – Mahasiswa semester 3 – Program Studi Pendidikan Guru Anak Usia Dini, Universitas Muhammadiyah Kuningan

