PENTINGNYA BERMAIN UNTUK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Bermain merupakan dunia anak sekaligus laboratorium alami bagi perkembangan mereka. Dalam perspektif psikologi pendidikan, bermain bukan sekadar hiburan, tetapi juga merupakan strategi belajar alami anak usia dini. Aktivitas ini memberi anak kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kognitif, sosial, emosional, dan motorik secara seimbang, sesuai prinsip psikologi pendidikan yang menekankan pembelajaran melalui pengalaman konkret dan interaksi sosial.
Berdasarkan teori perkembangan anak yang diterapkan dalam psikologi pendidikan, Piaget menekankan bahwa bermain adalah sarana utama anak untuk memahami lingkungan dan mengembangkan kemampuan kognitif melalui pengalaman nyata. Sementara itu, Vygotsky menekankan bahwa interaksi sosial dalam bermain memungkinkan anak belajar norma sosial, bahasa, dan strategi pemecahan masalah. Dalam konteks pendidikan, kedua teori ini menegaskan bahwa bimbingan guru dan interaksi dengan teman sebaya melalui bermain menjadi bagian integral dari proses belajar anak.
Pandangan dari Psikolog Anak Indonesia, Vera Itaatana Hadi Wijoyo juga menguatkan pentingnya bermain dalam psikologi pendidikan. Ia menyatakan bahwa bermain merupakan “medium alami bagi anak untuk menyerap pengalaman dan mengeksplorasi ide serta mengembangkan kemampuan sesuai tumbuh kembangnya”.
Dari salah satu pengalaman yang pernah saya jumpai di lingkungan prasekolah, terdapat seorang anak yang sejak usia prasekolah lebih sering diarahkan untuk bermain di dalam rumah karena orang tuanya cenderung terlalu khawatir kepada anaknya. Dampaknya terlihat ketika anak mulai bersekolah; ia lebih memilih untuk diam di dalam kelas dibandingkan bermain dengan teman sebayanya. Dari perspektif psikologi pendidikan, hal ini menunjukkan bahwa pembatasan bermain dapat berdampak pada perkembangan sosial, emosional, dan kemampuan belajar anak, karena bermain merupakan bagian dari pembelajaran efektif di usia dini.
Bermain di luar rumah dengan teman sebaya dapat membantu anak dalam mengembangkan kemampuan sosial, seperti berbagi, menunggu giliran dan menyelesaikan konflik. Anak juga belajar mengelola emosi, berani mencoba hal baru, serta membangun rasa percaya diri. Dari perspektif psikologi pendidikan, bermain ini menjadi bentuk pembelajaran yang efektif karena melalui interaksi nyata anak belajar memahami diri dan orang lain. Aktivitas tersebut mendukung perkembangan holistik anak mencakup aspek fisik, sosial, emosional, dan kognitif secara seimbang.
Pola asuh orang tua berperan penting dalam mendukung kegiatan bermain anak. Orang tua yang memberi ruang bermain aman, membimbing tanpa mengontrol berlebihan, dan hadir saat anak membutuhkan bimbingan, memungkinkan anak mengembangkan kemandirian, kemampuan memecahkan masalah, dan rasa percaya diri. Pola asuh yang tepat memberikan batasan jelas sekaligus kesempatan anak belajar dari pengalaman dan interaksi sosialnya, sehingga anak tidak hanya belajar secara kognitif tetapi juga sosial dan emosional.
Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa anak usia 3-6 tahun yang bermain di luar secara rutin memiliki kemampuan sosial, motorik, kreativitas, dan rasa percaya diri lebih baik dibandingkan anak yang lebih banyak bermain di dalam rumah (Nurdin, 2024). Hal ini menegaskan bahwa pengalaman bermain yang melibatkan interaksi dengan teman sebaya menjadi strategi belajar alami dalam psikologi pendidikan.
Secara keseluruhan, bermain di luar dengan teman sebaya dan dukungan pola asuh yang tepat sangat penting untuk mendukung perkembangan holistik pada anak usia dini.
Oleh : Reva Septia Sahara (244223010) – Mahasiswa Semester 3 – Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Kuningan

