Peran Psikologi Pendidikan dalam Menghadapi Perubahan Perilaku Siswa di Era Modern

Perkembangan teknologi dan perubahan sosial yang pesat di era modern membawa dampak besar terhadap dunia pendidikan, terutama pada perilaku siswa. Para ahli menilai bahwa peran psikologi pendidikan kini menjadi semakin penting dalam membantu sekolah memahami, mengelola, dan mengarahkan perubahan perilaku peserta didik agar tetap positif dan produktif.

Perubahan Perilaku Siswa di Tengah Arus Digitalisasi

Kemajuan teknologi digital dan media sosial telah mengubah cara siswa berinteraksi, belajar, dan mengekspresikan diri. Fenomena ini menciptakan peluang baru dalam pembelajaran, tetapi juga memunculkan tantangan baru terkait kedisiplinan, fokus belajar, serta etika berkomunikasi.

Banyak guru dan orang tua kini menghadapi situasi di mana anak lebih aktif di dunia maya dibanding di dunia nyata. Mereka cenderung cepat bosan, mudah terdistraksi, dan lebih senang memperoleh informasi secara instan daripada melalui proses belajar yang panjang.

Menurut Dr. Nurhidayah, M.Psi., pakar psikologi pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta, perubahan perilaku siswa ini merupakan hal yang wajar di era digital, namun tetap perlu diarahkan. “Anak-anak generasi sekarang hidup dalam dunia yang serba cepat. Tugas pendidik bukan menolak perubahan itu, tetapi membantu mereka menyesuaikan diri dengan cara yang sehat dan bertanggung jawab,” ujarnya.

Ia menambahkan, pendekatan psikologis dalam pendidikan tidak hanya berfokus pada pengendalian perilaku, tetapi juga pada upaya memahami kebutuhan emosional, sosial, dan motivasional siswa. Guru perlu memahami bahwa perilaku siswa merupakan cerminan dari lingkungan dan pengalaman yang mereka alami setiap hari.

Pentingnya Pendekatan Psikologi Pendidikan di Sekolah

Psikologi pendidikan berperan penting dalam membentuk strategi pengajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning). Melalui pendekatan ini, guru dapat memahami keunikan setiap individu, baik dari segi kecerdasan, minat, maupun kondisi emosionalnya.

Di banyak sekolah, penerapan prinsip psikologi pendidikan mulai dilakukan melalui program bimbingan konseling, asesmen minat dan bakat, serta pelatihan keterampilan sosial.

Dr. Rudi Santoso, psikolog pendidikan dan praktisi konseling sekolah di Bandung, menuturkan bahwa pemahaman psikologis membantu guru melihat lebih jauh dari sekadar nilai akademik. “Ketika siswa terlihat malas atau sulit fokus, sering kali bukan karena mereka tidak mampu, melainkan karena ada faktor psikologis seperti kecemasan, tekanan sosial, atau kurangnya dukungan lingkungan,” katanya.

Oleh sebab itu, sekolah di era modern perlu memfasilitasi layanan konseling dan pendampingan psikologis yang memadai. Pendekatan ini terbukti mampu menurunkan tingkat stres belajar, meningkatkan kepercayaan diri, dan mendorong siswa untuk berperilaku lebih adaptif terhadap perubahan.

Perubahan Pola Asuh dan Tantangan Lingkungan Sosial

Selain faktor teknologi, perubahan perilaku siswa juga dipengaruhi oleh pola asuh keluarga dan dinamika lingkungan sosial. Banyak orang tua yang kini lebih sibuk bekerja sehingga interaksi dengan anak menjadi terbatas. Akibatnya, sebagian anak mencari perhatian dan pengakuan melalui media sosial, yang kadang menimbulkan perilaku negatif seperti kecanduan gawai, kurang empati, atau meniru perilaku yang tidak pantas.

Dalam situasi seperti ini, sinergi antara sekolah, keluarga, dan psikolog pendidikan menjadi sangat penting. “Peran psikolog bukan hanya di ruang konseling, tapi juga dalam membimbing orang tua agar mampu memahami karakter anak di masa perkembangan digital,” jelas Fitri Handayani, M.Psi., konselor pendidikan di Cirebon.

Ia menambahkan bahwa komunikasi yang empatik dan terbuka antara guru, orang tua, dan siswa dapat menjadi solusi utama. “Ketika anak merasa didengarkan, mereka lebih mudah diarahkan untuk berubah ke arah yang positif,” tambahnya.

Kesehatan Mental dan Keseimbangan Emosional di Sekolah

Isu kesehatan mental kini menjadi perhatian utama di dunia pendidikan modern. Tekanan akademik, tuntutan prestasi, dan pengaruh lingkungan digital dapat menimbulkan stres, kecemasan, bahkan depresi pada sebagian siswa. Psikologi pendidikan hadir untuk memastikan bahwa kesejahteraan emosional siswa menjadi bagian dari proses belajar, bukan sekadar tambahan.

Beberapa sekolah di Indonesia sudah mulai menerapkan program well-being, seperti kegiatan meditasi ringan, peer counseling, dan pelatihan manajemen stres. Program ini dirancang untuk membantu siswa mengenali dan mengelola emosi mereka secara sehat. Menurut hasil riset yang dilakukan oleh Fakultas Psikologi Universitas Airlangga tahun 2024, sekolah yang menerapkan pendekatan psikologis secara terstruktur mengalami peningkatan kepuasan belajar siswa hingga 35 persen dibanding sekolah yang belum melakukannya.

Kolaborasi Psikolog, Guru, dan Orang Tua

Perubahan perilaku siswa di era modern tidak bisa dihadapi oleh sekolah saja. Diperlukan kerja sama yang kuat antara psikolog pendidikan, guru, dan orang tua. Guru perlu mendapatkan pelatihan dasar tentang psikologi perkembangan dan teknik komunikasi efektif dengan siswa. Sementara itu, orang tua diharapkan aktif terlibat dalam kegiatan sekolah dan berperan sebagai mitra pendidikan yang memahami kebutuhan anak.

Kemendikbudristek juga tengah mendorong penguatan layanan psikologis di sekolah melalui program “Sekolah Sehat Mental” yang mulai dilaksanakan tahun 2025. Program ini menekankan pentingnya pendampingan psikolog bagi siswa di setiap jenjang pendidikan, terutama di sekolah dasar dan menengah.

“Pendidikan tidak hanya membentuk kecerdasan intelektual, tetapi juga karakter dan kesehatan mental anak. Psikologi pendidikan menjadi jembatan penting untuk mencapai keseimbangan itu,” ungkap Dr. Asep Supriatna, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek.

Menatap Masa Depan Pendidikan yang Humanis

Perubahan perilaku siswa merupakan konsekuensi dari perkembangan zaman yang tak bisa dihindari. Namun, dengan peran psikologi pendidikan yang kuat, sekolah dapat menciptakan sistem pembelajaran yang lebih humanis, empatik, dan berorientasi pada pengembangan karakter. Psikologi pendidikan tidak hanya menjadi bidang ilmu, tetapi juga menjadi strategi praktis dalam membangun generasi muda yang tangguh, berempati, dan siap menghadapi tantangan masa depan.

 Dengan kolaborasi antara guru, psikolog, orang tua, dan pemerintah, dunia pendidikan Indonesia diharapkan dapat melahirkan siswa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan sosial. Inilah arah baru pendidikan modern: membentuk manusia seutuhnya melalui pemahaman psikologis yang mendalam.

Oleh: Azka Nailupar Nadiyah – Mahasiswa Semester 3 – Program Studi Pendidikan Guru Anak Usia Dini, Universitas Muhammadiyah Kuningan