Generasi Z dan Kecakapan Psikologis: Siapkah Mereka Menghadapi Dunia Kerja?

Generasi Z, terdiri dari individu yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, kini mulai memasuki dunia kerja. Mereka dikenal sebagai pribadi yang cerdas, mudah beradaptasi, dan sudah akrab dengan teknologi digital. Bahkan, dalam banyak situasi, Gen Z dianggap lebih inovatif dibandingkan generasi sebelumnya. Namun, terdapat pertanyaan penting mengenai kesiapan psikologis mereka dalam menghadapi tantangan di dunia kerja modern yang keras.

“Generasi muda saat ini cepat memahami hal baru dan sangat kreatif, tetapi banyak di antara mereka yang belum siap dengan tekanan mental di dunia kerja yang cepat ini,” kata Dr. Rina Setiawan, seorang psikolog pendidikan dari Universitas Indonesia, saat berbicara dengan PsikoEduNews.

Ia menegaskan bahwa kecakapan psikologis, yaitu kemampuan untuk memahami, mengelola, dan beradaptasi dengan emosi serta tantangan sosial, adalah salah satu hal terpenting di masa kerja kini. “Saat ini, banyak perusahaan tidak hanya mencari individu yang pandai, tetapi juga yang memiliki ketahanan mental yang baik,” tambah Rina.

Sebuah penelitian dari American Psychological Association (APA) pada tahun 2024 menunjukkan bahwa 58% Angkatan Gen Z merasakan tingkat kecemasan yang tinggi terkait karir dan masa depan finansial mereka. Berbagai faktor memengaruhi hal ini, mulai dari tekanan dari media sosial, situasi kerja yang kompetitif, hingga harapan yang tinggi pada diri sendiri.

“Gen Z sering merasa perlu mencapai kesuksesan di usia muda. Sebenarnya, dunia kerja tidak dapat dicapai secepat pos di media sosial,” jelas Rina.

Hal ini juga dialami oleh Sifa, seorang karyawan 23 tahun di sebuah startup. Lulusan dengan prestasi akademik yang cemerlang ini pernah merasakan burnout setelah tiga bulan bekerja. “Saya merasa gagal karena sering menerima kritik dari atasan dan klien. Namun, setelah mengikuti pelatihan mindfulness dan belajar cara mengelola stres, saya menjadi lebih tenang dan produktif,” katanya.

Pengalaman Sifa menunjukkan bahwa kecakapan psikologis sama pentingnya dengan keahlian teknis. Seseorang mungkin memiliki keterampilan profesional yang tinggi, tetapi tanpa kemampuan untuk mengelola stres dan emosi, mereka bisa dengan mudah kehilangan motivasi dan arah.

Para ahli berpendapat bahwa pengembangan kecakapan psikologis seharusnya diajarkan sejak di bangku sekolah. Sayangnya, sistem pendidikan di Indonesia terlalu fokus pada pencapaian akademis, dan kurang memperhatikan pembentukan karakter serta ketahanan mental.

“Sekolah perlu menyediakan waktu bagi siswa untuk belajar tentang pengenalan emosi, berempati, dan beradaptasi dengan situasi yang berubah,” jelas Rina.

Negara-negara seperti Finlandia dan Korea Selatan sudah memasukkan pembelajaran sosial-emosional (SEL) dalam kurikulumnya. Program ini membantu siswa untuk memahami diri mereka sendiri, bekerja sama dengan baik, dan membangun keterampilan percaya diri yang terbukti meningkatkan kesiapan mereka untuk memasuki dunia kerja.

Generasi Z memiliki potensi yang sangat besar, mereka cepat belajar, kreatif, serta terbuka terhadap ide-ide baru. Namun, untuk memastikan bahwa potensi ini tidak terhambat, mereka perlu mengembangkan daya tahan psikologis. Dunia kerja saat ini menuntut bukan hanya kecerdasan saja, tetapi juga fleksibilitas emosional, kemampuan komunikasi, dan kesadaran diri.

“Seseorang yang bertahan dalam dunia kerja bukanlah yang paling pintar, tetapi mereka yang paling mampu mengatur diri,” kata Dr. Rina Setiawan, Psikolog Pendidikan UI.

Dan ternyata faktor kesiapan Gen Z dalam dunia kerja ini tidak hanya datang dari individu Gen Z saja, tetapi juga datang dari tantangan dunia kerja itu sendiri. Salah satunya yaitu, banyak Perusahaan sekarang yang mencari para pekerja dengan bakat adaptif, komunikatif, dan berintegritas.

“Kompetensi teknis saja tidak akan cukup untuk generasi muda terjun ke dunia kerja, butuh soft skill dan karakter kuat serta kecakapan psikologis yang baik untuk dapat bersaing dan bertahan di dunia kerja,” ujar H. Pipin Mansur Aripin, S.Pd, M.Pd., Kepala Bidang DTK Disdikbud Kabupaten Kuningan, saat mengisi seminar di Universitas Muhammadiyah Kuningan, Rabu (5/11/2025).

Pada akhirnya, kesiapan Generasi Z untuk memasuki dunia kerja lebih dari sekadar keterampilan teknis atau kemampuan digital. Mereka juga membutuhkan fondasi psikologis yang kuat agar dapat beradaptasi dengan perubahan, menghadapi tekanan, dan menjaga keseimbangan hidup mereka.

Dengan pembelajaran yang mengajarkan nilai-nilai kemampuan mental dari usia muda, Generasi Z tidak hanya akan selamat dalam dunia kerja yang akan datang, tetapi juga akan bersinar di dalamnya.

Oleh: Shofy Nufus Aulia – Mahasiswa Semester 3 – Program Study Pendidikan Guru Pendidia Anak Usia Dini, Universitas Muhammadiyah Kuningan.